Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Tangis

Purbalingga, 10 Januari 2019 Tangis (Karya : Wardah Munfaati)  Tak ada tawa yang lebih ceria dari seorang balita. Tak ada tangis yang lebih mendalam dari tangis seorang ibu. Terkadang pura-pura menjadi balita agar bisa tertawa lepas bisa saja membuat muka tertawa tapi tidak dengan hati yang lega. Menjadi dewasa tak harus dengan pukulan keras yang menyiksa dengan tangisan jera. Kita hidup di rumpun yang berbeda, dengan takaran luka yang berbeda pula. Kadang harus menangis keras saat bahagia, bahkan tertawa lepas karena duka. Apresiasi ekspresi kita berbeda, ada yang dengan mengerutkan dahi karena bingung, ada juga yang menyipitkan mata karena bahagia. Rubik jalan kita berbeda ,persimpangan jalan yang membuat kita tertawa dan berduka pun berbeda. Selayaknya kupu-kupu yang terus terbang untuk mengais nektar, membuat tumbuhan berkembangbiak. Mengais luka untuk mekar bunga yang Indah.

Ruangku

Purbalingga ,10 Januari 2019 Ruangku (Karya : Wardah Munfaati)  Beri aku ruang sejenak untuk bernafas Beri aku ruang sejenak untuk berfikir Biarkan aku berputar di ruang hampa hingga aku lelah Berhenti untuk menghela nafas dan melangkah kembali Ruang ini luas, tapi aku merasa sesak dengan duri-duri ucapanmu Lentera malam seolah ruang kedap suara Mengayunkan angin malam dengan bahasa kesunyian Kumohon, beri aku ruang Untuk menghela nafas panjang, dan mencerna kesepian Beri aku ruang, untuk menata fikirku menjadi tenang Duduk merenung dibelakang pintu, seolah bersembunyi dalam belukar Menyenderkan kepala, agar fikir tertata Biarkan angin berlalu, dengan kabar sukar yang melingkar Biarkan aku dan ruangku berbicara

Terminal

Baleraksa,  09 Januari 2019 Terminal ( Karya : Wardah Munfaati)  Tempat penuh makna Berjalan di persimpangan jalan untuk menepi dan duduk di jajaran kursi yang tersedia Kaki yang terus berdetak seolah nada pengiring hempas nafas Tangan yang terus bergerak menolehkan arloji tanda pengingat waktu Masih sama saja, tempat yang penuh kerumun manusia dan kendaraan umum berjajar Ada yang dari mereka hanya singgah untuk menunggu waktu berlalu Singgah menepi untuk menunggu kawan ataupun sanak saudara menghampiri Ataupun memainkan nada pada gitar untuk mengorek kocek di saku penumpang yang singgah Keringat bercucur karena terik, biasa mereka dapati Tas jinjing dengan isi penuh, biasa pula dijumpai Mereka berlalu lalang terus berganti setiap harinya Ada yang dari mereka menetap dengan rutinitas yang sama Dengan kepulan asap kendaraan yang sama Dan dengan terik yang sama Terminal tempat jumpa penuh makna Sekilas langkah penuh warna Beribu muka pernah jumpa Bahtera singgah se