Tangis
Purbalingga, 10 Januari 2019 Tangis (Karya : Wardah Munfaati) Tak ada tawa yang lebih ceria dari seorang balita. Tak ada tangis yang lebih mendalam dari tangis seorang ibu. Terkadang pura-pura menjadi balita agar bisa tertawa lepas bisa saja membuat muka tertawa tapi tidak dengan hati yang lega. Menjadi dewasa tak harus dengan pukulan keras yang menyiksa dengan tangisan jera. Kita hidup di rumpun yang berbeda, dengan takaran luka yang berbeda pula. Kadang harus menangis keras saat bahagia, bahkan tertawa lepas karena duka. Apresiasi ekspresi kita berbeda, ada yang dengan mengerutkan dahi karena bingung, ada juga yang menyipitkan mata karena bahagia. Rubik jalan kita berbeda ,persimpangan jalan yang membuat kita tertawa dan berduka pun berbeda. Selayaknya kupu-kupu yang terus terbang untuk mengais nektar, membuat tumbuhan berkembangbiak. Mengais luka untuk mekar bunga yang Indah.