Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Kau Harapan

                                              Purbalingga, 20 September 2021 Kau Harapan ( Karya : Wardah Munfaati ) Setiap kita adalah harapan Harapan keindahan maupun harapan kegundahan Harapan kesedihan maupun harapan kebahagiaan Masing-masing kita adalah doa yang di langitkan  Digelontorkan nama-nama indahnya untuk bertaut di hamparan bintang Tak ada nama tanpa sentuhan Ia bertaut dengan emosi yang nyata Entah emosi kebahagiaan maupun emosi kesedihan Masing-masing kita adalah harapan untuk mereka yang mengharapkan Masing-masing kita adalah bintang untuk mereka yang butuh penerangan Bukan sekadar terang karena kegelapan, bintang tetap dinanti walau di hamparan cahaya rembulan Kau pun sama terangnya, seredup apapun cahayamu Engkau tetep bintang dalam sorotan Engkau tetep engkau yang terang dengan bawaan cahayamu

Peran

 Purbalingga, 12 Agustus 2021 Peran ( Karya : Wardah Munfaati  ) Terlalu dalam meresapi sampai akhirnya lupa diri Berlagak baik hanya untuk menarik Menabur harap hanya untuk digarap Masing-masing kita adalah peran Baik dalam satu tempat, muak dengan satu peran Bersikap acuh hanya untuk terlihat teduh Memberi cinta hanya untuk menerima rasa Bertukar kabar hanya karena ingin bebas dari sangkar Seolah mengupas luka padahal girang bahagia Masing-masing kita adalah peran Mengambil kuas hanya untuk melukis rasa Mengambil pena hanya untuk menyalurkan rasa Berteduh di satu atap hanya untuk menghindari derasnya hujan Mengambil rasa hanya untuk menguasainya Masing-masing kita adalah peran Diatur sedemikian rupa untuk bebaskan rasa Ditahan penatnya hanya akan buat tersiksa Menahan amarah hanya untuk terlihat ramah Menebar senyum hanya untuk menghindari muka manyun Seluk beluk diri tak disadari hanya karena ambisi Masing-masing kita adalah peran Jangan hilangkan jati diri hanya untuk peran yang di

Doa Brutal

Purwokerto, 26 Januari 2020  Doa Brutal ( Karya : Wardah Munfaati ) Terkadang bisikan hati ingin panjatkan doa secara brutal Menghabisi setiap insan yang tak miliki perasaan Jari jari doa selalu saja dayakan gertakan Emas berhamburan seolah lambang kekuasaan Baju acak acakan dianggap menyusahkan Padahal yang mereka agungkan tak berkemanusiaan Setingan adab hanya pencitraan Bersikap lembut hanya sekadar peran Si mbah pembawa nampan jauh berperadaban Menjunjung ungguh dengan perasaan Sigap lontarkan "maaf" dengan kesalahan Ketidakpunyaan seolah dosa besar kehidupan Cacian seolah wajar mereka jajakkan  Padahal yang miliki kekuasaan hanya doyan berpangku tangan Seolah Tuhan tak akan berikan balasan Padahal nyanyian doa brutal selalu berlarian