Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Sumringah

Purbalingga, 14 Januari 2020 Sumringah ( Karya : Wardah Munfaati)  Berkrudung putih dengan masker penutup hidungnya. Bergaya dengan kacamata dan alis tebal hasil gambarnya. Duduk di depan ruangan dengan berkas di sekelilingnya. Ibu ramah disampingnya bertutur dengan sopannya. Celetus keras selalu terdengar dari mulutnya. Meski masker terpakai rapat menutup mulut kecilnya. Tak terlihat garis senyum pada matanya, sampai aku tak luput menjadi sasaran celetuk kerasnya. Terdiam dengan pandangan pengamat, hingga hati mengumpat dengan kerasnya. Ndoro putri khayalnya, namun tak ada sopan santunnya. Selalu saja tak sadar dia dengan aturan kerjanya, atau tak tahu dengan kode etik profesinya. Pengalaman yang mahal harganya akan memupuk rasa hatinya. Sombong tak ada gunanya, apalagi kalau kau bukan siapa. Tuhan tak butuh rasa sombongmu, apa lagi ketidak sopananmu. Mari ingatkan diri, untuk selalu rendah hati.

Hari ini, Ada Apa?

Purbalingga, 13 Januari 2020 Hari ini, Ada Apa?  (Karya : Wardah Munfaati)  Keresahan akan kebijakan. Berkabut kalang mereka mencari perlindungan. Berlarian kesana kemari untuk meramu hari. Berlumuran lumpur dan menegaskan langkah untuk berjalan. Menunggu dengan penuh dan sesak sebuah antrian. Administrasi yang dirancang dengan sekuat pertahanan seolah mencancang nafas. Duduk dengan kesesakan, banyak diantara kami yang menahan sakit dalam perang antrian. Celetuk si tua sederhana namun mengena "ketika uang berbicara, mulut manusia mulai terbaca". Hanya berfikir dan memandang, selalu saja mencaci seolah luapan ringan sebuah emosi. Mereka bersabar dengan keluhan yang tertahan, mereka sadar merekalah yang membutuhkan. Seketika harapan mulai luntur, semakin terlihat keji sebuah aturan tanpa diskusi yang pasti. Tak pernah sadar mengapa rakyat kecil cenderung curang pada hal kecil, dan penguasa curang pada hal besar namun dianggap bersih? Saat ini kita yang salah a

Senyapku

Pubalingga, 05 Januari 2020 Senyapku ( Karya : Wardah Munfaati)  Sepi senyap malam memang nyaman, Kulihat dinding-dinding kamar dengan tenang, Suara kendaraan berlalu lalang seolah nada pengantar malam, Ribuan kata tergambar jelas di kesunyian, Tiap-tiap sepi mulai memapah kata untuk bersemayam, Mengais ribuan teriakan yang tak tersampaikan, Mengubah sepinya malam menjadi sebuah cambukan, Bertatap muka dengan kesalahan dan keegoisan, Bercermin diri untuk sebuah pengakuan yang tak terfikirkan, Sejatinya malam selalu damai dengan sebuah pengakuan, untuk berjalan di kesunyian, dan bangkit dalam keheningan, Jangan sesali harimu, tegaskan langkahmu untuk berjumpa dengan hari barumu, Pastikan langkahmu tak terdiam dalam bayangan hitam pilumu.