Postingan

Menuju Mu

Purbalingga, 23 September 2023 Menuju Mu  ( Karya : Wardah Munfaati ) Aku ingin sesekali pergi menemui diriku sendiri Mengekspresikan segala rasa dengan seksama Merayakan segala rasa dengan percaya Hadirku melupakan aku yang lainnya Sulit ku eja setiap rasanya Kadang ku dapati ia ketakutan sangat Tapi, di lain tempat ia merayakan bahagianya Ku jamah setiap keraguannya, namun suka duka  hadir bersamanya Ku dekatkan diriku untuk bercermin, namun pantulannya belum sempurna  Menuju mu, menuju arah untuk melangkah tanpa batas Menuju mu, satu langkah untuk berubah Menuju mu, definisi yang tak mudah tentang mengalah Menuju mu, menuju aku yang sejati tanpa lelah Karena menuju Mu, adalah tujuan akhirku

Apa Namanya?

                                                      Karawang, 09 Januari 2023 Apa Namanya? ( Karya : Wardah Munfaati ) Kita terlalu berbunga sampai akhirnya lupa bahwa tawa kian kali berganti luka Kepercayaan akan keputusan diri seringkali membuat diri terperdaya Berkali-kali meyakinkan diri untuk terus terluka Ternyata merangkai cerita tak semudah itu Ada banyak lubang yang seringkali membuat kaki pincang Masih banyak jalan yang gelap tanpa penerangan Namun aku? Masih saja bertekad kuat melanjutkan perjalanan dengan kekosongan di tangan Berkali-kali aku menyadarkan diri, namun sebanyak itu pula aku menyakiti diri Ada segudang keyakinan yang aku sabotase untuk menumbangkan diri sendiri Ada segudang kata yang aku sulap untuk menekan diri sendiri Pikiran memang selincah itu, dia seringkali menjadi obat penenang bahkan racun yang mematikan  Semoga kau selalu dalam kewarasan, meski dewasa selalu tentang pemaksaan

Kau Harapan

                                              Purbalingga, 20 September 2021 Kau Harapan ( Karya : Wardah Munfaati ) Setiap kita adalah harapan Harapan keindahan maupun harapan kegundahan Harapan kesedihan maupun harapan kebahagiaan Masing-masing kita adalah doa yang di langitkan  Digelontorkan nama-nama indahnya untuk bertaut di hamparan bintang Tak ada nama tanpa sentuhan Ia bertaut dengan emosi yang nyata Entah emosi kebahagiaan maupun emosi kesedihan Masing-masing kita adalah harapan untuk mereka yang mengharapkan Masing-masing kita adalah bintang untuk mereka yang butuh penerangan Bukan sekadar terang karena kegelapan, bintang tetap dinanti walau di hamparan cahaya rembulan Kau pun sama terangnya, seredup apapun cahayamu Engkau tetep bintang dalam sorotan Engkau tetep engkau yang terang dengan bawaan cahayamu

Peran

 Purbalingga, 12 Agustus 2021 Peran ( Karya : Wardah Munfaati  ) Terlalu dalam meresapi sampai akhirnya lupa diri Berlagak baik hanya untuk menarik Menabur harap hanya untuk digarap Masing-masing kita adalah peran Baik dalam satu tempat, muak dengan satu peran Bersikap acuh hanya untuk terlihat teduh Memberi cinta hanya untuk menerima rasa Bertukar kabar hanya karena ingin bebas dari sangkar Seolah mengupas luka padahal girang bahagia Masing-masing kita adalah peran Mengambil kuas hanya untuk melukis rasa Mengambil pena hanya untuk menyalurkan rasa Berteduh di satu atap hanya untuk menghindari derasnya hujan Mengambil rasa hanya untuk menguasainya Masing-masing kita adalah peran Diatur sedemikian rupa untuk bebaskan rasa Ditahan penatnya hanya akan buat tersiksa Menahan amarah hanya untuk terlihat ramah Menebar senyum hanya untuk menghindari muka manyun Seluk beluk diri tak disadari hanya karena ambisi Masing-masing kita adalah peran Jangan hilangkan jati diri hanya untuk peran yang di

Doa Brutal

Purwokerto, 26 Januari 2020  Doa Brutal ( Karya : Wardah Munfaati ) Terkadang bisikan hati ingin panjatkan doa secara brutal Menghabisi setiap insan yang tak miliki perasaan Jari jari doa selalu saja dayakan gertakan Emas berhamburan seolah lambang kekuasaan Baju acak acakan dianggap menyusahkan Padahal yang mereka agungkan tak berkemanusiaan Setingan adab hanya pencitraan Bersikap lembut hanya sekadar peran Si mbah pembawa nampan jauh berperadaban Menjunjung ungguh dengan perasaan Sigap lontarkan "maaf" dengan kesalahan Ketidakpunyaan seolah dosa besar kehidupan Cacian seolah wajar mereka jajakkan  Padahal yang miliki kekuasaan hanya doyan berpangku tangan Seolah Tuhan tak akan berikan balasan Padahal nyanyian doa brutal selalu berlarian

Arah

Purbalingga, 23 Juni 2021               Arah             ( Karya : Wardah Munfaati ) Semakin petang semakin benderang kabut menantang  Setiap kali ku pejamkan, semakin erat ia menyeret keinginan  Mengetuk-ngetuk kegelapan untuk jumpa penerangan  Meliuk-liukkan harapan untuk ditinggikan  Melampiaskan amarah sesekali hanya untuk berserah  Berpasrah dalam kata meniupkan segala asa Nampaknya petang semakin menantang  Ia mulai panjati pengharapan untuk sampai pada puncaknya Meniti satu persatu pijakan untuk menyatu satu Pada akhirnya pasrah adalah arah Bukan untuk menyerah, tapi begitulah yang disebut arah  Berjalan berpapah dengan segala payah

Perjalanan

Purbalingga, 23 Februari 2021             Perjalanan                    ( Karya : Wardah Munfaati ) Keberagaman kita sungguh terasa Suguhan kata terdengar nyata Mata bising terlihat asing  Senyum ramah terlihat murah Asa terselip dalam tatapannya Tangan lemas membuka tas Baju putih nampak paling rapih Baju batik menggenggam tiket perjalanan  Alas kaki dilepas meregangkan rasa lemas Tas jinjing dipegang untuk menyalurkan rasa tegang Kakek bertongkat mulai beranjak Menceritakan setiap sejarah jalan Handphone ditatap seraya berucap Kerupuk bertumpuk di besek Lampu jalan nampak sedang merah Mari kita hilangkan amarah